Sabtu, 30 April 2011

Nikon D5100 diluncurkan, plus Night Vision dan HDR mode

Mengikuti langkah D3100 yang merupakan update minor dari D3000, kali ini Nikon melakukanupdate pada D5000 dengan mengumumkan kehadiran DSLR kelas pemula D5100. Bila dahulu D5000 menjadi kamera DSLR Nikon pertama dengan layar LCD lipat, maka D5100 juga tampil beda dengan layar lipatnya, hanya kali ini lebih baik dengan engsel di samping (bukan di bawah). Jadilah D5100 ini sebuah jawaban Nikon untuk menjaga persaingan dengan EOS 600D yang juga memakai LCD lipat. Simak seperti apakah keunggulan D5100 dalam artikel kami kali ini.
Sebelumnya kita ingat lagi mengenai Nikon D5000. Kamera DSLR 12 MP ini sebenarnya sudah sangat baik sebagai DSLR pemula dengan kemampuan HD movie 720p dan telah dilengkapi dengan 11 titik AF. Kita tentu ingat kalau D5000 saat itu merupakan andalan Nikon selain D90 dan D3000. Kini saat D90 sudah digantikan oleh D7000 dan D3000 diteruskan oleh D3100, maka membuat penerus D5000 menjadi hal yang perlu bagi Nikon. Bila sensor D5000 saat itu persis sama seperti sensor dari D90, kini sensor D5100 juga memakai sensor yang sama seperti D7000 dengan resolusi 16 MP. Jadilah D5100 ini sebagai produk tengah-tengah antara kamera pemula D3100 dan kamera semi-pro D7000.
nikon-d5100
Selain sensornya yang kini memakai sensor CMOS 16 MP, tidak banyak perubahan lain yang dilakukan Nikon kali ini. D5100 masih memiliki modul AF 11 titik dan modul metering 420 segmen, bahkan masih tidak memiliki motor fokus di dalam bodi (yang menandakan bahwa D5100 adalah masih tergolong DSLR kelas pemula). Kabar baiknya tentu adalah layar lipatnya yang kini dilipat ke samping, bukannya ke bawah. Hal ini akan memudahkan saat kamera diletakkan di atas tripod. Sebagai kamera yang kelasnya sama, D5100 dan D3100 sama-sama berbalut bodi plastik, dengan viewfinder cermin biasa (bukan prisma) dan tanpa LCD kecil di bagian atas layaknya D90 atau D7000. Nikon D5100 juga bisa dibeli hanya bodi saja atau lengkap dengan lensa kit 18-55mm VR.
Berikut fitur dan spesifikasi dari Nikon D5100 :
  • sensor CMOS DX 16 MP (crop factor 1.5x)
  • ISO normal 100-6400 (bisa dinaikkan ke ISO 25600)
  • burst 4 fps
  • full HD movie 1080p, 30 fps, AVCHD H.264
  • auto fokus saat merekam video
  • LCD vari angle 3 inci resolusi 921 ribu piksel
  • finder cov. 95% dengan perbesaran 0,78x
  • flash sync 1/200 detik
  • 11 titik AF
  • 420 piksel RGB
  • Quiet shutter mode
  • bracketing dan in camera HDR (tidak ada di D3100)
  • Expeed 2 (14 bit)
  • 8 juta bodi saja atau 9 jutaan dengan kit AF-S 18-55mm VR
nikon-d5100-topYang baru di D5100 adalah tuas Live View yang berada di samping mode dial dan penambahan fitur Night Vision. Fitur ini sama dengan menaikkan ISO ke angka 102400 sehingga bisa menangkap cahaya yang sangat redup sekalipun. Asyiknya lagi, fitur ini juga bisa digunakan saat merekam video, meski seperti apa hasilnya kami pun belum mengetahui. Terdapat juga tombol langsung untuk merekam video (berwarna merah) yang terletak di dekat ON-OFF kamera, berdampingan dengan tombol Ev dan tombol INFO.
Penempatan engsel untuk layar putar di samping kiri juga membawa konsekuensi tersendiri. Nikon yang selama ini selalu meletakkan tombol berderet di sebelah kiri di samping layar LCD, kali ini harus berpikir keras menempatkan tombol itu di tempat lain. Jadilah tombol MENU dan INFO pindah ke bagian atas, sementara tombol PLAYBACK, ZOOM IN dan ZOOM OUT pindah ke bagian sisi kanan. Bagi yang biasa memakai kamera DSLR Nikon pasti akan merasa aneh saat pertama memakai D5100 karena banyaknya perubahan tata letak tombol. Tapi bagaimanapun Nikon tetap melakukan reposisi tombol dengan apik, tidak terkesan ‘berantakan’ dan masih mudah dijangkau oleh jempol kanan kita (kecuali tombol MENU yang perlu memakai jempol kiri).
nikon-d5100-back
Kehadiran D5100 memang akhirnya menjawab keraguan apakah Nikon akan meneruskan seri D5000 atau tidak. Ditujukan lebih kepada penikmat video dengan layar lipatnya, D5100 secara umum masih mirip dengan D3100 meski secara sensor sama dengan D7000. Jadi pilihan di kelas DX akan lebih beragam, mulai dari yang paling basic seperti D3100, advanced amateur seperti D5100 atau yang semi profesional seperti D7000. Bahkan kami masih menantikan kepastian hadirnya D400 sebagai kamera profesional di kelas DX, bila Nikon jadi meneruskan legenda seri D tiga digit (D100-D200-D300).

Beberapa Pertanyaan Pemula Tentang Kameranya

Banyak hal yang mungkin belum dipahami oleh pemula dalam memilih maupun memakai kamera digital, beberapa bahkan terlalu mendasar sehingga membuatnya malu untuk bertanya. Padahal hal-hal yang mendasar inilah yang perlu dipahami dengan baik sehingga tidak menjadi salah kaprah bahkan terjebak dalam mitos yang tidak benar. Kami coba susun daftar tanya jawab yang mungkin bisa mewakili satu atau dua pertanyan yang anda sedang rasakan saat ini, semoga bisa membantu memberi pencerahan untuk anda. Selamat membaca.



Apakah mega piksel berarti kualitas ?
Dalam marketing, mega piksel dijadikan jargon utama untuk menjual kamera. Calon pembeli dipaksa untuk menganggap kalau semakin tinggi mega piksel kamera maka hasil fotonya akan semakin bagus. Nyatanya mega piksel sebagai istilah lain dari resolusi sensor, menandakan berapa banyak piksel yang dimiliki oleh sensor. Semakin tinggi resolusi, semakin detail foto yang dihasilkan sehingga bisa dicetak ukuran besar. Foto yang bagus secara teknis ditentukan dari ketajaman lensa, kualitas sensor dan seberapa besar tingkat kompresi JPEG yang dipilih.


Samakah resolusi 8 MP di kamera ponsel dan di kamera digital ?
Sama. Jumlah piksel pada keping sensor kamera ponsel 8 MP memang ada 8 juta piksel. Bedanya adalah luas penampang sensor, dimana kamera ponsel punya sensor berukuran sangat kecil yang membuatnya kurang mampu menangkap dynamic range, tonal dan kontras dari obyek yang difoto.


Mengapa hasil foto dari kamera saya tidak bagus ?
Ini bisa banyak kemungkinan, karena foto yang bagus itu bisa secara teknis maupun secara seni. Umumnya kita mengeluhkan hasil foto kamera yang kurang bagus tanpa mengevaluasi dulu apakah kita sudah benar dalam memakai kamera. Biasanya foto jadi jelek karena salah dalam memfokus, goyang saat memotret, memaksakan memotret di tempat yang cahayanya kurang, memotret melawan cahaya dan sebagainya. Tapi bila anda sudah melakukan yang terbaik tapi hasil fotonya tetap jelek (hasil soft, kontras rendah atau ada distorsi lensa yang nyata) rasanya anda perlu mencari kamera lain.


Mengapa foto saya gelap meski sudah memakai lampu kilat ?
Lampu kilat punya keterbatasan jangkauan, seberapa jauh jangkauan lampu ditentukan dari kekuatan pancaran lampu, yang diistilahkan Guide Number (GN). Lampu kilat tidak dimaksudkan untuk menerangi obyek yang terlalu luas, seperti di dalam aula atau gedung pertemuan. Gunakan lampu kilat untuk menerangi obyek yang dekat, misal berjarak 1 hingga 5 meter dari kamera.


Apakah membiarkan semua setting AUTO itu aman ?
Untuk saat ini bisa dibilang sudah aman. Kamera sudah memiliki metoda metering yang lebih baik, plus kinerja white balance yang juga sudah lebih akurat. Bila kamera anda hanya punya mode AUTO, usahakan pengaturan ISO jangan dibuat AUTO, melainkan manual saja. Gunakan ISO terendah dan naikkan hanya bila perlu.


Untuk apa ada ISO tinggi ?
Terkadang kita dihadapkan pada kondisi pencahayaan yang kurang mencukupi, seperti saat senja atau di dalam ruangan. Saat-saat seperti ini kita perlu merubah nilai ISO ke arah yang lebih tinggi supaya sensitivitas sensor ditingkatkan sehingga kamera lebih peka menangkap cahaya yang kurang. ISO tinggi juga berguna bila kita ingin menaikkan kecepatan shutter misalnya seperti saat ingin membekukan momen cepat seperti aksi olahraga. Misal dengan ISO 100 kita cuma mendapat kecepatan 1/500 detik, maka menaikkan ISO ke 200 akan memungkinkan kita memakai kecepatan shutter 1/1000 detik.


Mengapa hasil foto saya berbintik noise ?
Itulah hasil foto yang diambil dengan ISO tinggi, apalagi kalau kameranya punya sensor kecil. Sensor meningkatkan sensitivitasnya saat ISO dinaikkan, sehingga noisenya ikut naik dan tampak seperti bintik-bintik / grain yang mengganggu. Lebih parah lagi, ada noise lain berupa bintik warna yang sulit dihilangkan walau pakai software pengurang noise.


Apa guna stabilizer ?
Stabilizer dibutuhkan untuk meredam getaran tangan yang terjadi saat memotret, sehingga resiko hasil foto jadi blur bisa dikurangi. Stabilizer semakin diperlukan bila kita memotret memakai kecepatan shutter lambat (sekitar 1/20 detik atau lebih lambat) ataupun saat memakai fokal lensa tele (di atas 100mm). Stabilizer tidak diperlukan bila kita memotret memakai tripod, ataupun memotret dengan kecepatan shutter cukup tinggi (di atas 1/60 detik).


Apakah Digital Stabilizer itu juga sama ?
Tidak. Istilah Digital Image Stabilizer adalah penipuan yang jahat. Ini hanya akal-akalan produsen untuk mengecoh pembeli yang awam. Trik ini hanya menaikkan ISO untuk menaikkan kecepatan shutter sehingga resiko blur bisa dicegah. Pastikan bila anda perlu fitur stabilizer (dan sebetulnya memang perlu) carilah kamera yang memiliki fitur stabilizer pada lensa atau pada sensor.


Bagaimana dengan Digital Zoom ?
Ini juga sama, akal-akalan dari jaman dahulu. Lupakan saja dan fasilitas ini jangan dipakai karena akan merusak kualitas foto yang dihasilkan.


Mengapa foto saya sering blur bila lensa di zoom ?
Pertama, istilah lensa ‘di zoom’ itu salah kaprah. Lensa zoom adalah lensa yang bisa berubah fokal lensanya dari fokal terdekat (wide) ke fokal terjauh (tele). Pertanyaannya seharusnya begini : mengapa foto sering blur bila memakai fokal tele (misal 100mm atau lebih) ? Desain lensa kamera pada umumnya memiliki bukaan diafragma yang semakin mengecil saat lensa ‘di zoom’ ke posisi tele. Hampir semua lensa memiliki bukaan besar saat posisi wide (sekitar f/2.8) namun mengecil di posisi tele (sekitar f/5.6). Bukaan yang lebih kecil akan menyebabkan cahaya yang masuk ke kamera juga berkurang sehingga kamera akan menurunkan kecepatan shutter untuk mengimbangi penurunan cahaya ini. Turunnya kecepatan shutter ini akan berdampak pada mudahnya foto menjadi blur akibat getaran tangan. Ingat, guna mencegah blur, kecepatan shutter jangan lebih lambat dari rumus 1/panjang fokal (misal memakai fokal 100mm maka kecepatan shutter minimal 1/100 detik).


Jenis memori apa yang sebaiknya saya pakai ?
Hampir semua kamera modern memakai memori jenis SD card. Bila hanya untuk foto, apapun jenis memori SD card pada prinsipnya sama. Tapi bila hendak merekam video, apalagi yang resolusi HD, maka memori dengan kecepatan baca tulis yang tinggi mutlak diperlukan. Untuk memudahkan, kini memori diberi kelas seperti kelas 2, kelas 4, kelas 6 dst. Untuk menjamin rekaman video tidak patah-patah, gunakan memori kelas 6 atau lebih. Kini ada juga memori SD card dengan kapasitas tinggi seperti SDHC dan SDXC, perhatikan dulu apakah kamera anda kompatibel dengan memori seperti itu atau tidak.


Mengapa kamera saya terasa lambat ?
Lambat bisa jadi karena prosesor internal kamera memang punya kinerja pas-pasan. Yang paling menyebalkan adalah lambat karena shutter lag, alias jeda saat menekan tombol rana. Kita bisa kehilangan momen karena meski waktu memotret sudah tepat tapi kamera terlambat mengambil gambar. Lambat yang lain adalah shot-to-shot, kita membuang waktu menunggu kamera siap mengambil gambar, setelah kita selesai memotret. Akan lebih parah kalau mode lampu kilat dalam kondisi aktif, bisa jadi kita harus menunggu sampai 7 detik untuk bisa memotret lagi. Kamera DSLR tidak mengalami kasus seperti itu karena prosesornya bertenaga, kalaupun ada jeda shot-to-shot itu karena ada proses JPEG yang berat seperti fitur peningkat dynamic range yang aktif.


Mengapa tanpa lampu kilat hasil foto di ruangan malah lebih terang ?
Saat suasana sekitar mulai redup, kamera akan mengatur eksposur supaya tetap terjaga dalam batas wajar (tidak terlalu gelap tidak terlalu terang). Untuk itu kamera akan melambatkan kecepatan shutter sehingga banyak cahaya yang bisa dimasukkan ke sensor. Inilah yang dinamakan ambient lighting atau pencahayaan alami tanpa lampu kilat. Pastikan tangan kita memegang kamera dengan kokoh, atau gunakan tripod agar tidak goyang saat memotret dengan teknik seperti ini.


Mengapa kadang-kadang kamera saya tidak bisa mengunci fokus ?
Auto fokus pada kamera memakai sistem pendeteksi kontras. Gambar yang ditangkap oleh sensor akan dikirim ke prosesor dalam kamera lalu kamera akan mengevaluasi kontras terbaik dan menganggapnya sebagai fokus yang tepat. Proses ini berlangsung sekitar sekian mili detik hingga dua detik, tergantung bermacam kondisi. Bila kamera diarahkan pada obyek yang tidak kontras, atau obyek yang kurang terang, maka auto fokus kamera akan kesulitan mencari dan mengunci fokus.


Itulah diantaranya beberapa pertanyaan mendasar yang kerap dilontarkan para pemula. Memang untuk memahami lebih dalam tidak akan cukup dengan membaca tanya jawab di atas.
Post by : Admin Dewangga